Search Engine Optimization

Jumat, 04 April 2008

Nilai Kesuksesan

Action & Wisdom Motivation Tarining

“Cheng Gong De Jia Zhi”

Di sebuah sekolah, seorang guru mendapat pertanyaan dari salah seorang muridnya yang paling kritis. "Guru, apakah kami semua nanti bisa sukses?" Sang guru tersenyum mendengar pertanyaan itu. Tak lama, ia mengeluarkan uang senilai seratus ribu dari kantongnya. "Hayoo, siapa yang mau uang ini?" Semua anak berebutan mengacungkan tangannya. Uang senilai itu bagi mereka sangat besar.

Tiba-tiba, sang guru melipat-lipat dan meremas uang itu hingga kucel dan tidak karuan bentuknya. Ia pun berujar lagi, ”Hayoo, siapa yang mau uang ini?” Walaupun merasa heran dengan kelakuan gurunya, murid-murid tidak peduli, mereka kembali mengacungkan jarinya, sambil berteriak ”Saya… saya... saya....” Semua serempak mengajukan diri untuk mendapatkan uang itu.

Melihat antusiasme muridnya, sang guru kemudian menjatuhkan uang tersebut ke lantai dan menginjak-injak uang itu hingga kecil, tidak karuan dan kotor. Mendapati gurunya melakukan hal itu pada uang tersebut, sebagian murid melongo. Mereka tak tahu apa maksudnya sang guru menginjak-injak uang yang nilainya sangat besar bagi mereka itu. Guru pun kembali bertanya, ”Hayoo, siapa yang masih menginginkan uang ini?”

Ternyata, meski uang itu menjadi jelek, kumal, dan bahkan bercampur sedikit lumpur yang berasal dari injakan sepatu guru, masih banyak murid yang antusias mendapatkan uang tersebut. ”Aku, Guru… aku....”

”Kalian tetap saja mau dengan uang ini? Kalian tidak melihat betapa uang ini sangat kucel, jelek, kumal dan bau?”

”Jelek itu kan hanya bentuknya saja, Guru. Tetapi saja uang itu nilainya seratus ribu,” jawab murid-murid yang tetap antusias meminta gurunya memberikan uang itu.

Sang guru pun kemudian berujar, ”Kalian benar. Meskipun sudah tidak karuan bentuknya, uang itu tetap berharga dan kalian tetap ingin memilikinya. Nah, jika tadi ada pertanyaan, apakah semua bisa sukses? Jawabannya sama seperti nilai uang ini. Dalam proses menuju ke arah kesuksesan, kalian pasti akan mengalami berbagai ujian dan cobaan, mungkin mengalami jatuh, diinjak, dan dilecehkan. Walaupun begitu, nilai diri kalian tidak akan berubah. Semua tergantung kalian sendiri, bisa menjaga nilai yang ada dalam diri kalian atau tidak. Jika kalian mampu menghargai diri sendiri dan menentukan nilai diri, dengan keyakinan, kerja keras dan semangat pantang menyerah, maka sukses pasti kalian dapatkan.”

Pembaca yang budiman,
Tak peduli berbagai ujian, cobaan, halangan, dan tantangan yang menghadang, jika kita punya satu nilai dalam keyakinan dalam diri, bahwa sukses adalah hak saya, maka jalan kesuksesan pasti akan selalu terbuka.

Karena itu, seberat apa pun perjuangan yang kita lakukan, seganas apa pun padang gurun yang kita harus lewati, setinggi apa pun gunung yang akan kita daki, seluas apa pun samudra yang kita seberangi, tetaplah pelihara semangat ”Success is my right!”. Tanamkan dalam diri, dan teruslah bekerja keras untuk mewujudkan semua mimpi. Harta tak ternilai itu ada dalam diri Anda. Perjuangkan!!!

Manusia Optimis Vs Manusia Pesimis

Action & Wisdom Motivation Training

Le guan zhe yu bei guan zhe

ORANG OPTIMIS BUKANLAH ORANG YANG KARENA MELIHAT JALAN MULUS DI HADAPANNYA, TETAPI ORANG YANG YAKIN 100% DAN BERANI UNTUK MENGATASI SETIAP TANTANGAN YANG MENGHADANG.

Ada 2 macam manusia dalam menyikapi hidup ini, satu sikap orang yang pesimis dan ke-dua adalah orang yang bersikap optimis.

Tipe pertama orang pesimis, bagi orang pesimis kehidupannya lebih banyak dikuasai oleh pikiran yang negatif, hidup penuh kebimbangan dan keraguan, tidak yakin pada kemampuan diri sendiri, kepercayaan dirinya mudah goyah dan mudah putus asa kalau menemui kesulitan atau kegagalan, selalu mencari alasan dengan menyalahkan keadaan dan orang lain sebagai proteksi untuk membenarkan dirinya sendiri, padahal di dalam dirinya dia tahu bahwa betapa rapuh mentalnya, orang pesimis lebih percaya bahwa sukses hanyalah karena kebetulan, keberuntungan atau nasib semata.

Tentu orang dengan sikap mental pesimis seperti ini, dia telah mengidap penyakit miskin mental, jika mental kita sudah miskin, maka tidak akan mampu menciptakan prestasi yang maksimal dan mana mungkin nasib jelek bisa dirubah menjadi lebih baik.

Tipe ke 2 adalah orang optimis, bagi orang yang memiliki sikap optimis, kehidupannya didominasi oleh pikirannya yang positif, berani mengambil resiko, setiap mengambil keputusan penuh dengan keyakinan dan kepercayaan diri yang mantap. orang optimis bukanlah karena melihat jalan mulus di hadapannya, tetapi orang yang mempunyai keyakinan 100% dalam melaksanakan apa yang harus diperjuangkan, orang optimis tahu dan sadar bahwa dalam setiap proses perjuangannya pasti akan menghadapi krikiil -krikil kecil ataupun bebatuan besar yang selalu menghadang!

Orang optimis siap dan berani untuk mengatasi masalah atau kesulitan yang merintanginya, Bahkan disaat mengalami kegagalan sekalipun tidak akan membuat dia patah semangat, karena dia tau ada proses pembelajaran disetiap kegagalan yang dia alami.

Tentu orang yang punya sikap mental optimis demikian adalah orang yang memiliki kekayaan mental. dan Hanya orang yang mempunyai kekayaan mental, yang mampu mengubah nasib jelek menjadi lebih baik.

Jika anda, saya dan kita semua secara bersama-sama mampu membangun kekayaan mental dengan berkesinambungan, mampu menjalani hidup ini dengan optimis dan aktif, tentu secara langsung akan berpengaruh pada kehidupan kita pribadi serta kehidupan keluarga, dan dari kehidupan keluarga -keluarga yang semangat, optimis dan aktif akan mempengaruhi kehidupan masyarakat secara luas, yang pada akhirnya akan menjadi kekuatan sinergi sebagai kontributor dalam membangun Indonesia sekaligus mengembalikan jati diri bangsa! Kalau bukan kita yang membangun Indonesia, lalu siapa?


by : Andrie Wongso

Tidak Ada Jalan Yang Rata Untuk Sukses

Action & Wisdom Motivation Training

Di pagi hari buta, terlihat seorang pemuda dengan bungkusan kain berisi bekal di punggungnya tengah berjalan dengan tujuan mendaki ke puncak gunung yang terkenal.

Konon kabarnya, di puncak gunung itu terdapat pemandangan indah layaknya berada di surga. Sesampai di lereng gunung, terlihat sebuah rumah kecil yang dihuni oleh seorang kakek tua.

Setelah menyapa pemilik rumah, pemuda mengutarakan maksudnya "Kek, saya ingin mendaki gunung ini. Tolong kek, tunjukkan jalan yang paling mudah untuk mencapai ke puncak gunung".

Si kakek dengan enggan mengangkat tangan dan menunjukkan tiga jari ke hadapan pemuda.

"Ada 3 jalan menuju puncak, kamu bisa memilih sebelah kiri, tengah atau sebelah kanan?"

"Kalau saya memilih sebelah kiri?"

"Sebelah kiri melewati banyak bebatuan." Setelah berpamitan dan mengucap terima kasih, si pemuda bergegas melanjutkan perjalanannya. Beberapa jam kemudian dengan peluh bercucuran, si pemuda terlihat kembali di depan pintu rumah si kakek.

"Kek, saya tidak sanggup melewati terjalnya batu-batuan. Jalan sebelah mana lagi yang harus aku lewati kek?"

Si kakek dengan tersenyum mengangkat lagi 3 jari tangannya menjawab, "Pilihlah sendiri, kiri, tengah atau sebelah kanan?"

"Jika aku memilih jalan sebelah kanan?"

"Sebelah kanan banyak semak berduri." Setelah beristirahat sejenak, si pemuda berangkat kembali mendaki. Selang beberapa jam kemudian, dia kembali lagi ke rumah si kakek.

Dengan kelelahan si pemuda berkata, "Kek, aku sungguh-sungguh ingin mencapai puncak gunung. Jalan sebelah kanan dan kiri telah aku tempuh, rasanya aku tetap berputar-putar di tempat yang sama sehingga aku tidak berhasil mendaki ke tempat yang lebih tinggi dan harus kembali kemari tanpa hasil yang kuinginkan, tolong kek tunjukkan jalan lain yang rata dan lebih mudah agar aku berhasil mendaki hingga ke puncak gunung."

Si kakek serius mendengarkan keluhan si pemuda, sambil menatap tajam dia berkata tegas "Anak muda! Jika kamu ingin sampai ke puncak gunung, tidak ada jalan yang rata dan mudah! Rintangan berupa bebatuan dan semak berduri, harus kamu lewati, bahkan kadang jalan buntu pun harus kamu hadapi. Selama keinginanmu untuk mencapai puncak itu tetap tidak goyah, hadapi semua rintangan! Hadapi semua tantangan yang ada! Jalani langkahmu setapak demi setapak, kamu pasti akan berhasil mencapai puncak gunung itu seperti yang kamu inginkan! dan nikmatilah pemandangan yang luar biasa !!! Apakah kamu mengerti?”

Dengan takjub si pemuda mendengar semua ucapan kakek, sambil tersenyum gembira dia menjawab "Saya mengerti kek, saya mengerti! Terima kasih kek! Saya siap menghadapi selangkah demi selangkah setiap rintangan dan tantangan yang ada! Tekad saya makin mantap untuk mendaki lagi sampai mencapai puncak gunung ini.

Dengan senyum puas si kakek berkata, "Anak muda, Aku percaya kamu pasti bisa mencapai puncak gunung itu! Selamat berjuang!!!

Tidak ada jalan yang rata untuk sukses!

Sama seperti analogi Proses pencapaian mendaki gunung tadi. Untuk meraih sukses seperti yang kita inginkan, Tidak ada jalan rata! tidak ada jalan pintas! Sewaktu-waktu, rintangan, kesulitan dan kegagalan selalu datang menghadang. Kalau mental kita lemah, takut tantangan , tidak yakin pada diri sendiri, maka apa yang kita inginkan pasti akan kandas ditengah jalan.

Hanya dengan mental dan tekad yang kuat, mempunyai komitmen untuk tetap berjuang, barulah kita bisa menapak di puncak kesuksesan.

Salam sukses luar biasa!

Andrie Wongso

www.andriewongso.com

Masa Depan Ada di Masa Lalu

Saya pernah membaca kalimat motivasi: “Your past doesn’t equal your future” atau “Masa lalu Anda tidak sama dengan masa depan Anda”. Maksud dari pernyataan ini adalah apa pun yang terjadi di masa lalu kita tidak menentukan masa depan kita.

Benarkah demikian?

Dulu saya menerima sepenuhnya pernyataan di atas. Dengan kata lain saya hakulyakin bahwa penyataan ini benar-benar benar. Namun, sekarang saya justru berpikir sebaliknya. Saat ini, saya tahu bahwa masa lalu sama dengan masa depan atau masa depan ada di masa lalu.

Nah, bingung, kan?

Kesimpulan ini saya dapatkan setelah memikirkan secara mendalam berbagai kasus yang pernah saya tangani dan juga pengalaman hidup serta perubahan yang terjadi pada begitu banyak alumnus pelatihan Supercamp Becoming a Money Magnet dan The Secret of Mindset yang saya selenggarakan.

Ceritanya begini. Jika masa lalu tidak sama dengan masa depan, lalu mengapa ada begitu banyak orang yang sulit mencapai impian mereka? Mengapa mereka, yang telah berusaha sedemikian keras alias melakukan massive action melakukan sangat banyak upaya, membaca banyak buku sukses, ikut berbagai pelatihan pengembangan diri, masih saja tetap sulit berhasil?

Sebaliknya, mengapa ada orang yang tidak perlu membaca buku, tidak usah dengar kaset motivasi, nggak pernah ke berbagai seminar, dan hanya dengan upaya yang sedikit, eh… mudah sekali mencapai sukses yang mereka inginkan.

Dari hasil perenungan saya akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa masa lalu seseorang sama dengan masa depan mereka. Jika tetap berpegang teguh pada pernyataan bahwa masa lalu tidak sama dengan masa depan maka kalimat ini perlu sedikit dimodifikasi.

Saya akhirnya menambahkannya menjadi, “Masa lalu tidak sama dengan masa depan, bila kita mengembangkan kesadaran diri untuk berpikir dan bertindak dengan prinsip kekinian.”

Lha, kamsud… eh.. maksudnya apa lagi nih?

Maksudnya begini. Dari berbagai kasus yang saya telaah, saya menemukan bahwa hampir semua tindakan kita, saat ini, dipengaruhi oleh kesimpulan akibat pembelajaran berdasar pengalaman hidup kita di masa lalu, baik itu pengalaman positif maupun pengalaman negatif. Dengan kata lain, selama kita tidak mengembangkan kesadaran diri untuk bisa berpikir dengan prinsip kekinian maka kita akan selalu beroperasi dengan “automatic pilot”. Sebenarnya di dalam pikiran kita tidak mengenal masa lalu maupun masa depan. Yang ada hanyalah masa sekarang.

Saya akan berikan contoh agar bisa lebih jelas.

Baru-baru ini saya menangani mahasiswa dari Yogyakarta yang putus kuliah. Ia bercerita bahwa ia tidak bisa berbicara di depan umum. Jika diminta bicara di depan orang banyak maka ia selalu merasa takut, tidak berdaya, jantung berdebar, muka pucat, keringat dingin, dan tidak tahu apa yang harus diucapkan.

Dari mana ia belajar respon seperti ini? Sudah tentu dari masa lalunya. Di masa lalu, saat ia masih SD ternyata ia pernah dipermalukan di depan kelas saat diminta membaca puisi. Pengalaman traumatik ini yang akhirnya membuat ia seperti sekarang ini.

Seorang wanita cantik, menarik, pintar, berusia sekitar 30-an, memegang posisi kunci di perusahaan tempat ia bekerja, ternyata masih jomblo alias belum punya pasangan. Kok bisa, ya?

Banyak pria mapan yang menyenanginya. Dan, ia juga suka pada mereka. Bahkan, ia telah menjalin kasih secara serius dengan beberapa pria itu. Namun, selalu putus di tengah jalan. Nggak pernah sampai ke pernikahan.

Selidik punya selidik ternyata wanita ini berasal dari keluarga broken home. Orangtuanya berpisah saat ia masih berusia lima tahun. Ternyata, perpisahan ini meninggalkan luka yang membekas cukup dalam di hatinya. Saat itu ia menyimpulkan bahwa kehidupan rumah tangga adalah sesuatu yang menyakitkan.

Namun, ada juga orang yang telah beberapa kali mengalami kegagalan tapi ia tetap bisa bangkit dari kegagalan itu dan akhirnya berhasil mencapai impiannya. Saat ditanya mengapa ia bisa begitu gigih dan yakin dalam memperjuangkan impiannya ia menjawab, “Saya berasal dari keluarga miskin. Ayah saya selalu berpesan bahwa tidak ada orang yang gagal asalkan ia mau terus berusaha, belajar dari kegagalannya, dan terus berjuang. Prinsip ini yang saya pegang teguh.”

Ia tidak membiarkan apa yang dialaminya sekarang menghentikan langkahnya. Yang menjadi pendorong semangatnya adalah pesan ayahnya, yang ia dapatkan sewaktu ia masih kecil dulu.

Nah, Anda jelas sekarang?

Tadi saya mengatakan bahwa masa lalu tidak sama dengan masa depan, bila kita mengembangkan kesadaran diri untuk berpikir dan bertindak dengan prinsip kekinian. Untuk bisa membuat masa depan tidak sama dengan masa lalu maka kita perlu mengembangkan kesadaran diri. Kesadaran ini yang membuat kita bertindak tidak lagi berdasar “data base” atau “program” pikiran akibat pengalaman masa lalu namun berdasar kondisi kita saat ini. Inilah yang saya maksudkan dengan prinsip kekinian.

Prinsip kekinian menyatakan bahwa saat ini (kini) adalah titik awal dari langkah kehidupan yang akan kita tempuh. Kita beroperasi dengan pengetahuan, pengalaman, pemahaman, prinsip hidup, dan kebijaksanaan yang berhasil kita kembangkan hingga saat ini. Kita tidak membiarkan masa lalu mendikte hidup kita. Kita mengenang masa lalu hanya sebagai sejarah hidup kita. Kita belajar dari masa lalu dan menjadi lebih bijaksana.

Nah, saat merenung mengenai kesadaran, kebijaksanaan, dan masa depan… eh.. tiba-tiba saya mendapat email dari kawan saya, Eric Gotana, melalui milis Money Magnet. Apa yang Eric tulis sejalan dengan yang sedang saya pikirkan. Dan, atas seizin Eric saya mengutip dan sedikit memodifikasi tulisannya.

Masa depan sama dengan masa lalu karena kita "tidak bebas" menjalani kehidupan di dunia sebagai akibat dari ketidaksadaran kita.

"Tidak bebas" menjalani hidup maksudnya tidak bebas menjadi diri kita sendiri karena rasa takut seperti takut dosa, takut karma buruk, takut salah, takut berakibat buruk dan takut-takut lainnya yang dibenarkan oleh pikiran kita.

Pada contoh di atas, mahasiswa yang takut bicara di depan umum dan wanita yang susah dapat jodoh (baca: takut menikah) menjalani hidup dengan “tidak bebas” akibat penjara mental yang dibangun oleh pikiran mereka, untuk melindungi mereka dari hal-hal “negatif”, menurut pikiran itu sendiri.

Ketidaksadaran ini disebabkan oleh karena pikiran kita merekayasa (baca: menafsirkan secara subjektif) kebenarannya sendiri dan secara terus menerus berputar-putar di dalam lingkaran sebab-akibat yang diciptakannya sendiri.

Ketidaksadaran membuat kita tidak sadar akan adanya:
- kebenaran, karena kita terkekang oleh "kebenaran" dan "ketidakbenaran" menurut penafsiran pikiran kita.
- keadilan, karena kita terkekang oleh "keadilan" dan "ketidakadilan" menurut penafsiran pikiran kita.
- surga, karena kita terkekang oleh "surga" dan "neraka" menurut penafsiran pikiran kita.
- karma baik, karena kita terkekang oleh "karma baik" dan "karma buruk" menurut penafsiran pikiran kita.
-keberlimpahan, karena kita terkekang oleh "kekayaan" dan "kemelaratan" menurut penafsiran pikiran kita.
- kebahagiaan, karena kita terkekang oleh "kebahagiaan" dan "ketidakbahagiaan" menurut penafsiran pikiran kita.

Hanya melalui kebijaksanaan kita mampu bebas dari jerat "benar" dan "tidak benar" menurut pikiran sehingga mampu melihat apa yang ada secara jernih. Kebijaksanaan hanya muncul ketika kita memutuskan untuk menjadi sadar.

Pada saat kita telah benar-benar sadar maka masa lalu tidak sama dengan masa depan, masa depan tidak ada di masa lalu, masa depan adalah hasil pencapaian yang diraih melalui perencanaan yang matang berdasar peta kehidupan yang kita rancang sendiri, secara hati-hati dan saksama, berdasar kesadaran kita pada saat itu.

by : pembelajar.com

Filosofi Modal NOL !!!

Saat ini, masih banyak sekali orang yang ingin menjadi pengusaha, selalu mengeluhkan tentang kesulitan memperoleh modal. Sebab, kebanyakan memang orang-orang masih beranggapan bahwa modal harus selalu dalam bentuk uang. Modal harus berupa hal yang bisa digunakan untuk membeli sesuatu yang kita perlukan untuk memulai usaha. Modal harus bisa diputar untuk mengembangkan usaha. Modal harus ini, modal harus itu.

Hasilnya? Karena merasa modal (baca: uang) belum cukup, kadang seseorang tak berani membuka usaha. Padahal, berbagai buku, tulisan, laporan, berita, hingga berbagai cerita dalam berbagai forum diskusi, seminar, dan workshop, telah menyebut bahwa modal tak harus dalam bentuk uang. Banyak kisah sukses pengusaha yang memulai dari nol.

Memang, hal ini seperti sesuatu yang aneh dan nyaris tak masuk akal bagi sebagian orang. Bagaimana bisa memulai usaha dengan tanpa uang sama sekali? Nol itu jelas-jelas bukan suatu angka yang bisa digunakan untuk membeli apapun. Nol itu adalah angka yang kosong melompong, bagaimana mungkin kita bisa memulai usaha tanpa memiliki sesuatu apapun?

Betul. Jika itu pola pikir yang dianut adalah pola pikir yang biasa-biasa saja. Tapi, bagi sebagian besar pengusaha sukses yang mengatakan dirinya memulai usaha dari nol itu, sebenarnya angka nol itu ada filosofi besar di baliknya yang membuatnya bisa menjadi pengusaha sukses. Apa itu?

Perhatikan angka nol. Bentuknya bulat lonjong, tanpa terputus. Pada satu sisi itulah angka yang bisa dikatakan sebagai simbol bahwa kita—tidak bisa tidak—selalu akan saling tergantung satu sama lain. Semakin kita bisa saling bekerja sama dengan orang lain, kesempatan menjadi pengusaha pun akan semakin terbuka lebar. Itulah mengapa angka nol adalah satu bentuk angka yang utuh dengan garis tidak terpisah.

Lantas, mengapa bentuk angka nol selalu lonjong memanjang ke atas, bukan bulat penuh atau lonjong ke samping? Ini adalah filosofi hubungan kita dengan Tuhan. Kita bisa menjadi seorang pengusaha harus selalu mengingat ke atas. Bahwa, kita bisa sukses maupun gagal itu selalu ada dalam koridor kekuasaan Tuhan. Dan, Tuhan pun sudah mengatakan, Dia tak kan merubah nasib suatu kaum tanpa kaum itu berusaha mengubah nasibnya sendiri. Inilah filosofi angka nol yang sangat religius. Jika hal ini selalu dijadikan pegangan oleh seseorang, maka untuk menjalani profesi menjadi pengusaha, kita tak perlu kuatir. Sebab, hidup ini pastilah selalu dalam koridor kekuasaan Tuhan yang maha besar dengan segala rahmat dan berkah, terutama alam, yang perlu diolah ini.

Yang ketiga, inilah yang paling penting. Sadarkah bahwa nol itu adalah sebuah singkatan dari kata tolong-meNOLong? Inilah inti dari mengapa seseorang dengan modal nol bisa menjadi seorang pengusaha sukses. From zero to hero, begitu banyak orang menyebut jika seseorang yang memulai dari bawah dan dari nol bisa menjadi seorang pengusaha sejati.

Kekuatan tolong menolong inilah yang menjadi kekuatan inti dari modal yang sesungguhnya. Modal (uang) seberapa pun besarnya tidak akan bisa membuat kita sukses jika tidak ada unsur saling tolong menolong ini. Modal seperti inilah yang akan membantu kita menjadi pengusaha dalam arti sesungguhnya. Misalnya Anda memiliki keinginan berwirausaha di bidang makanan. Anda tak punya peralatan masak, bisa saja Anda meminta bantuan pada orang yang memilikinya bukan? Atau Anda belum mahir memasak, Anda pun bisa minta tolong pada relasi yang jago masak untuk diajak bekerja sama membuat masakan yang laku dijual.

Atau Anda ingin usaha jual beli barang. Jika Anda sudah dipercaya atau Anda bisa menjaga nilai kejujuran dalam diri, maka saat membeli barang modal dagangan pun kadang kita ditolong, misalnya bisa mendapat dengan mencicil. Atau, bahkan tak jarang yang bisa bayar belakangan. Bukankah ini salah satu bentuk tolong menolong yang sangat ampuh dampaknya untuk memudahkan kita menjadi pengusaha?

Jika misalnya kita mempunyai satu ruangan kosong di rumah, mengapa tidak mencoba memanfaatkannya dengan sistem tolong menolong ini? Ajak kerja sama tukang cukur rambut misalnya. Ia bisa diajak join dengan kita bantu tempatnya, mereka buka usahanya. Hasilnya, bisa di-share berdua dengan bagi hasil yang sudah disepakati sebelumnya. Dengan begitu, ruangan nganggur bisa menghasilkan, dan siapa tahu ini bisa jadi cikal bakal usaha salon yang lebih besar. Bukankah ini sebuah keindahan dari filosofi tolong menolong?

Konon, orang Tionghoa yang kebanyakan sukses menjadi pengusaha, juga menganut prinsip nilai saling tolong menolong ini. Karena itu, biasanya tali persaudaraan mereka sangat kuat. Tak heran, jika banyak perusahaan keluarga yang berkembang pesat di tangan para pengusaha Tionghoa ini.

Itulah filosofi nol dari pengertian harafiah yang bisa kita terjemahkan dalam kehidupan sehari-hari. Modal nol ternyata bukan modal kosong sama sekali. Modal nol justru adalah modal yang sangat ampuh untuk mengembangkan jiwa entrepreneurship kita. Jadi, masih mengatakan tidak punya modal? Kasihaaan deeh....

by: pembelajar.com

Apakah anda paham tentang forex?